Dakwah
merupakan salah satu aktivitas sosial yang erat kaitannya dengan penyebaran nilai-nilai
agama. Dapat dipahami bahwa dakwah lahir dari satu kesadaran seorang individu
dalam suatu masyarakat yang telah mendalami ilmu agama kemudian mengajarkan apa
yang dipahami itu kepada masyarakat. Aktivitas pengajaran nilai-nilai agama
inilah yang disebut dengan dakwah. Hakikat dakwah pada dasarnya ialah menyebarkan
kebaikan yang dipondasikan dengan satu kepahaman yang utuh dan terstruktur
kemudian disampaikan dengan penuh kehalusan dan menciptakan kedamaian. Maka
poin yang dapat dipahami dari aktivitas dakwah ini ialah menciptakan
ketenangan, kedamaian, kerukunan dan menjauhkan masyarakat dari konflik sosial tanpa
memandang status seorang individu atau kelompok dalam suatu masyarakat
berdasarkan status pendidikan, status ekonomi terlebih status organisasi yang
melekat pada satu kelompok tersebut. Namun, tidak sedikit kita saksikan dakwah
yang seharusnya menjadi sumber kedamain tetapi justru menjadi sumber provokasi,
menyinggung kelompok ini dan kelompok itu, membanggakan kelompok sendiri,
menyampaikan narasi-narasi yang merusak harmonisasi sosial, saling sindir
lantaran berbeda pendapat dan banyak lagi hal lainnya.
Fenomena-fenomena
itulah yang menjadikan aktivitas dakwah hari ini tidak hanya bisa dipandang
dari satu sudut pandang saja karena ada banyak hal yang dibenturkan dalam
aktivitas berdakwah. Seperti halnya, dakwah dibenturkan dengan adanya
kepentingan identitas, membawa kepentingan kelompok, menyinggung kelompok lain
bahkan tidak sedikit kita temukan para pendakwah membuat lingkaran mereka
sendiri yang membuat ruang-ruang berpendapat menjadi sangat terbatas. Tentu
fenomena seperti ini tidak akan baik bagi perkembangan dakwah kedepannya yang
sejatinya mencita-citakan nilai-nilai kebaikan dan kedamaian agar tetap
tertanam kuat dalam kehidupan sosial masyarakat. Maka menjadi suatu kewajiban
bagi seorang pendakwah untuk tetap menjaga kondisi ini tetap stabil demi
mewujudukan esensi dakwah itu sendiri.
Dalam
satu kajian sosial fenomena dakwah hari ini memiliki sisi sosiosentrisme. Fenomena
sosiosentrisme dalam kehidupan sosial saat ini sangat banyak sekali kita
jumpai. Fenomena ini merupakan suatu kecendrungan sebuah kelompok sosial yang
menganggap kelompoknyalah yang paling baik lalu kemudian mendiskriminasi
kelompok sosial yang lain. Sehingga perspsektif yang terbangun dalam masyarakat
ialah adanya kepentingan identitas dan mengesampingkan kelompok yang berada
diluar kelompoknya, meskipun pada umumnya setiap kelompok sosial memiliki
cita-cita serupa yang bermuara pada satu kebaikan. Jika dikaji lebih mendalam fenomena
sosiosentrisme inilah muara dari sifat-sifat fanatisme terhadap kelompok sosial
masing-masing yang hari ini banyak terjadi pada organisasi sosial
kemasyarakatan.
Adanya
sifat mementingkan kelompok sosial ini memberikan dampak terhadap nilai-nilai
dakwah yang seharusnya terbebas dari kepentingan identitas dan tetap
mempertahankan esensi dakwah yang sebenarnya yaitu membawa kebaikan dan
kedamaian baik secara spiritual ataupun sosial. Hemat penulis mengatakan, tersentuhnya
nilai dakwah oleh fenomena sosiosentrisme ini sangat besar kemungkinannya ialah
karena para pendakwah banyak yang lahir dari sebuah organisasi sosial
kemasyarakatan. Sehingga sifat-sifat group interest dalam diri seorang
pendakwah itu terbangun dengan sendirinya. Analisis tentang kondisi sosial
seperti ini bukannya tidak memiliki dasar pemikiran yang kuat melainkan dalam
perspektif social analysis kondisi sosial seperti ini merupakan suatu
bentuk kondisi yang melahirkan potensi konflik pada masyarakat terjadi karena
adanya struktur sosial yang secara massif terbentuk.
Dalam
ilmu sosial hal ini disebut dengan struktural konflik yaitu terjadinya
suatu konflik dalam masyarakat disebabkan karena semakin banyaknya struktur sosial
yang terbentuk. Banyaknya struktur sosial dalam masyarakat menjadikan setiap
struktur sosial memliki kepentingan dan tujuan masing-masing. Dan karena adanya
kepentingan dan tujuan kelompok inilah awal mula dari potensi konflik itu
semakin besar terjadi dalam sebuah masyarakat. Dalam hal ini, strukrur sosial
yang dimaksud ialah termasuk didalamnya organisasi sosial kemasyarakatan. Dalam
konteks ini yang menjadi central kajiannya ialah organisasi sosial
kemasyarakatan yang fokusnya ialah pada penyebaran nilai-nilai keagamaan. Hal
inilah yang akan terjadi jika dakwah terbentur dengan sifat-sifat sosiosentrisme
dalam kehidupan sosial masyarakat.
Dakwah
sebagai penjaga harmonisasi sosial
Dakwah
memang saharusnya melahirkan harmonisasi sosial, menciptakan ketentraman umat
beragama, menjaga toleransi, tidak merusak kultur dan adat istiadat masyarakat
yang telah lama berkembang dan dakwah harus terus disampaikan menyesuaikan
dengan kondisi dan mental sosial masyarakat. Dakwah tidak boleh dibingkai dalam
sebuah identitas kelompok karena hal itu hanya akan melahirkan sumber-sumber
fanatisme yang berujung pada disharmoni sosial. Hari ini banyak fenomena yang
menunjukkan kecendrungan dalam menyampaikan dakwah lebih memperhatikan
kepentingan organisasi daripada fokus pada esensi dakwah itu sendiri.
Maka,
dalam merespon kondisi sosial seperti ini tentunya setiap elemen masyarakat
harus sadar dan cermat dalam menyerap setiap dakwah yang disampaikan. Ketika
dakwah tidak lagi pada nilai dan esensinya sudah seharusnya masyarakat tidak
mengikuti apa yang disampaikan itu demi menjaga harmonisasi sosial.
Inti
pesan yang ingin disampaikan dalam tulisan ini ialah penulis ingin mengajak
semua elemen untuk sadar dan mencermati kembali dengan kapasitas keilmuan
masing-masing bahwa dakwah memiliki nilai dan esensi tersendiri, yang dimana
nilai dan esensi itu adalah menjaga harmonisasi sosial masyarakat. Maka sudah
seharusnya dakwah tidak boleh lagi dibenturkan dengan narasi-narasi provokatif,
unsur-unsur dakwah tidak boleh dibatasi hanya dengan membanggakan kelompoknya
sendiri dan dakwah harus tetap pada koridor keilmuan yang disampaikan dengan
penuh kepahaman dan kemengertian serta dalam proses penyampaiannya hal yang
paling utama adalah mengharapkan ridho dari Allah Swt.
Penulis : Indrawan Nur Fuadi










