Saya ingin memulai tulisan ini dengan mengucapkan “allahummashollia’ala Muhammad waala alisayyidina Muhammad”. Semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah Swt dan kelak mendapat syafaat dari baginda Rasullullah Muhammad Saw. Aamiin
Baru-baru ini umat islam dihebohkan oleh pernyataan Presiden Prancis Emanuel Macron yang telah melakukan penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw. Sebagaian besar pandangan dari berbagai Negara diseluruh dunia khususnya negara muslim menyebut tindakan Presiden Prancis ini adalah bentuk pelecehan terhadap umat Islam diseluruh dunia. Pernyataan Presiden Prancis ini pun langsung mendapat respon yang tegas dari negara-negara muslim didunia hingga sampai pada pemboikotan produk-produk buatan Prancis. Tidak terkecuali Indonesia, Presiden Jokowi Widodo turut mengecam keras pernyataan Presiden Prancis tersebut dan mengajak negara diseluruh dunia untuk tetap menjaga kedamaian dan toleransi antar agama serta fokus dan bersatu melawan Covid-19 yang sampai saat ini masih menjadi permasalahan global yang belum teratasi.
Beragam sudut pandang mulai berkeliaran akibat pernyataan Macron yang telah mengina Nabi Muhammad Saw. Pernyataan itu dinilai dapat memecah keharomonisan umat beragama diseluruh dunia dan sangat berpotensi menimbulkan konflik horizontal antara negara muslim dan non muslim. Penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw ini sebetulnya bukan kali pertamanya terjadi, bahkan umat islam selalu dikaitkan sebagai kelompok yang menyebarluaskan ideologi ekstrimis. Tentu hal ini menimbulkan kegeraman bagi umat islam diseluruh dunia. Tidak hanya itu, pelecehan terhadap simbol agama ini juga akan berdampak pada keharmonisan beragama yang selama ini sudah cukup berjalan dengan baik, dan akan sangat memungkinkan untuk terpecah belah kembali.
Radikalisasi agama bukan merupakan hal baru yang dihadapi dunia belakangan ini. Perang atas nama agama masih berlanjut hingga saat ini. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah mengapa umat islam yang selalu diklaim sebagai pembawa paham ekstrimis. Agama islam selalu disudutkan dengan penyataan-pernyataan yang melecehkan agama islam itu sendiri, bahkan islam selalu diklaim sebagai agama teroris. Apa yang terjadi sekarang ini telah secara terangan-terangan merusak citra islam yang dikenal sebagai pembawa kedamaian, agama islam telah di perkosa kesuciannya. Oleh karena itu, jika kita berbicara soal radikalisasi agama, maka agama yang selalu menjadi korban tindakan radikal itu adalah islam itu sendiri. Itu adalah bentuk tindakan radikalisasi agama yang nyata bahkan lebih nyata dari tindakan terorisme. Islam telah di framing menjadi sesuatu yang menyeramkan, sesuatu yang membunuh, tidak kenal ampun, intoleran, eksklusif dan segala hal yang membuat orang takut kepada Islam. Hanya dengan asumsi ‘kebebasan berpendapat’ bukan berarti diperbolehkan menistakan agama manapun didunia ini.
Nabi Muhammad merupakan iconic yang menjadi panutan dan suri tauladan umat islam, maka siapapun yang menghina, melecehkan, merendahkan itu merupakan tindakan terorisme terhadap umat islam. Tindakan radikalisasi atas nama agama ini harus segera dilawan dan dihapuskan demi menjaga kedamaian dunia. Akan menjadi persoalan yang serius jika hal ini tidak dihentikan dengan cepat dan tegas. Konflik antar agama akan sangat berpotensi menyebabkan kekacauan dunia bahkan hal yang paling berbahaya adalah potensi konflik yang membuat negara-negara di seluruh dunia sampai mengangkat senjata. Tentu hal itu yang harus dihindarkan demi menjaga keharmonisan beragama dan bernegara.
Namun, di satu sisi umat Islam juga harus kritis melihat kondisi ini. Penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw adalah suatu bentuk panggilan bahwa umat islam harus bersatu dan melupakan perbedaan-perbedaan yang justru menimbulkan konflik internal di dalam tubuh islam itu sendiri. Adanya musuh bersama adalah bentuk bahwa umat Islam harus bersatu melawannya.
Ada suatu ungkapan yang menyebutkan.
“kebenaran adalah milik kekuasaan dan untuk berkuasa maka kekuatan adalah sesuatu yang mutlak diperlukan”.
Artinya apa, penghinaan terhadap nabi Muhammad Saw ini terjadi karena adanya power and strength yang dimiliki oleh pihak yang melakukan penghinaan tersebut. Penghinaan itu terjadi karena umat Islam dianggap tidak memiliki power and strength didalam kelompoknya. Selain dari faktor kebencian, kedua faktor tersebut bisa dikatakan adalah salah satu pengaruh mengapa Islam sering menjadi sasaran empuk penghinaan dan penistaan, bahkan paham-paham ekstrimisme tentang agama selalu dikaitkan dengan Islam. Maka untuk menyikapi itu umat Islam harus menunjukkan power and strength yang dimilikinya dengan cara bersatu membentuk barisan dan memperlihatkan bahwa Islam itu tidak kecil, Islam itu ada dimana-dimana, Islam memberikan kedamaian dan cinta akan kedamaian. Sehingga ketika ada power and strength yang ditunjukan oleh umat Islam maka dengan begitu tidak dengan mudah lagi Islam dilecehkan dan dinistakan oleh pihak manapun.
Terlepas dari bagaimana umat Islam harus bersikap, yang lebih ditekankan dalam tulisan ini ialah memberikan seruan kepada masyarakat dari agama manapun bahwa radikalisasi agama, kebebasan berpendapat yang berpotensi merusak kesucian agama adalah bentuk sikap yang diluar batas kewajaran manusia sabagai mahluk sosial yang seharusnya menjaga perdamaian dan persatuan. Radikalisasi agama, penistaan terhadap agama, pelecehan terhadap tokoh-tokoh dalam agama dengan alasan apapun adalah bentuk tindakan yang mendegradasi nilai-nilai suci dari agama itu sendiri. Perilaku ini harus di lawan karena hanya akan menyebabkan kekacauan dunia serta dapat menimbulkan konflik yang berkepanjangan dan merusak keharmonisan beragama dan bernegara.
Dan untuk menutup tulisan ini, mari kita bersholawat.
“allahummashollia’ala Muhammad waala alisayyidina Muhammad”.
Penulis : Indrawan Nur Fuadi











