Puisi dan Senja

Senja bukan hanya pertanda hari yang telah usai, ia juga adalah rumah tempat bercerita. Tempat puisi menetap dan sajak paling sunyi di lahirkan.

Opini

Ide itu juga mahkluk hidup, perlu di rawat dan di asah. Menulis adalah salah satu cara paling ideal untuk menjaganya tetap hidup.

Journey

Perjalanan bukan hanya tentang jejak yang tertinggal, tapi ia juga adalah kenangan yang tetap hidup. Setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk mengabadikan setiap perjalanan dalam hidupnya. Aku memilih menulis!

Social and Politics

Politik itu akan membunuh jika kita acuh tak acuh terhadapnya, tapi ia akan menjadi peta keadilan sosial jika kita memahaminya dengan baik. Kekuasaan tidak akan berkuasa seenaknya jika setiap mahkluk sosial memiliki peran dan peduli dalam setiap agenda politik. Harmonisasi kehidupan sosial adalah tujuan utama politik. Bukan kekuasaan!

Religion and Culture

Agama dan budaya adalah perpaduan. Beberapa orang sering menganggapnya bertentangan, tetapi agama dan budaya justru menjadi benda paling purba yang melekatkan manusia pada karakteristik dan nilai dalam kehidupan.

Jumat, 18 Januari 2019

Debat Pertama, Wawasan Kebangsaan Capres Cawapres Tidak Teruji

Pemilhan presiden tahun 2019 ini memang menjadi tahun pilpres yang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Bisa dikatakan pilpres tahun ini adalah pilpres yang paling unik dengan segala sensasi yang dibuatnya. Berbagai macam isu-isu bermunculan yang kemudian menjadi pembicaraan hangat para politisi. Baru saja kita sama-sama menyaksikan debat pertama capres dan cawapres tahun 2019 yang diselenggarakan secara terbuka oleh KPU. Masyarakat dengan sangat terbuka dan bebas menyaksikan jalannya perdebatan capres dan cawapres itu.

Dengan adanya debat capres cawapres ini tentu sangat memudahkan masyarakat dalam menilai kriteria calon presiden dan wakil presiden yang akan dipilihnya. Perdebatan adalah salah satu batu uji yang sangat efektif dalam menilai kualitas calon presiden yang akan kita pilih, karena melalui perdebatan ini kita mampu menilai sejauh mana kedalaman narasi calon presiden dalam melihat permasalahan negara dengan cara yang benar-benar fundamental. Dalam hal ini calon presiden tentunya dituntut untuk memiliki wawasan kebangsaan yang luas dan mendalam.

Namun setelah menyaksikan debat pertama capres cawapres dengan tema Hukum, HAM, Korupsi dan Terorisme, wawasan kebangsaan capres cawapres saya rasa perlu dipertanyakan. Kita mampu menilai bahwa dalam hal ini wawasan kebangsaan capres cawapres harus di uji dengan lebih tajam lagi. Saya rasa banyak yang sepakat bahwa debat yang berlangsung pada 17 Januari 2019 itu berjalan dengan sangat tidak menarik. Wawasan kebangsaan capres cawapres belum teruji dengan benar-benar tajam. Semua itu terlihat dari hal-hal yang menjadi argumentasi utama adalah data-data kuantitatif yang lebih bersifat mengarahkan perdebatan ke arah angka-angka dan jauh dari perdebatan yang bersifat paradigmatik.

Hal-hal yang lebih bersifat filosofis dan fundamental terkait tema debat tidak kita saksikan selama jalannya perdebatan. Jelas dalam hal ini wawasan kebangsaan capres cawapres tidak teruji dengan benar-benar tajam. Entah karena pengaruh kisi-kisi soal debat yang diberikan oleh KPU kepada capres dan cawapres sehingga kedua paslon mempersiapkan jawaban terlebih dahulu yang kemudian terlalu menjadi patokan dan berkesan jawaban-jawaban yang keluar selama jalannya perdebatan kesannya seperti menghafal jawaban bukan memberikan gagasan yang bersifat paradigmatik.

Dalam hal ini KPU tentunya menjadi sorotan sebagai pengendali utama terkait pelaksanaan debat capres dan cawapres. Tidak sedikit orang mengkritisi keputusan KPU yang memberikan kisi-kisi debat kepada calon presiden dan wakil presiden, baik dari kalangan politisi atau masyarakat. Karena seolah-olah dengan diberikan kisi-kisi tersebut seperti meragukan kualitas wawasan kebangsaan calon presiden dan wakil presiden. Menurut saya dengan diberikannya kisi-kisi soal debat, hal itu justru tidak akan bisa menguji dengan benar-benar tajam wawasan kebangsaan calon presiden dan wakil presiden. Kesannya seperti anak SMA yang akan ujian akhir sekolah kemudian diberikan kisi-kisi oleh gurunya lalu kemudian disiapkan jawabannya lalu dijadikan contekan ketika ujian berlangsung. Kurang lebih seperti itu dan jelas wawasan kebangsaan calon presiden dan wakil presiden saat ini masih kita ragukan karena tidak teruji dengan benar-benar tajam.

Masyarakat Semakin Dilematik

Bukan sebuah pencerahan yang diterima oleh masyarakat pasca debat pertama capres cawapres yang berlangsung 17 Januari lalu. Tetapi sebuah dilema besar yang kemudian berujung pada sebuah pertanyaan siapa yang akan saya pilih. Iya kalau dilema yang muncul karena capres dan cawapres ini merupakan calon yang sama-sama kuat dan wawasan kebangsaannya tidak perlu diragukan lagi, itu hal yang baik dan mampu mencerdaskan masyarakat.

Namun bagaimana jika sebaliknya, tentu itu akan mengarahkan masyarakat kepada sebuah dilematik yang belum jelas ujungnya ke paslon 01 atau paslon 02. Dan hal ini kembali akan membawa masyarakat untuk menilai bukan lagi kualitas wawasan dan pengetahuan tentang kebangsaan calon presiden tetapi terpaksa menilai pada data-data kuantitatif yang jawabannya sudah dipersiapkan terlebih dahulu karena memang sudah diberikan kisi-kisi soal debat. Dan hal tersebut membuat kita tidak bisa menilai secara benar-benar tajam kedalaman wawasan kebangsaan calon presiden karena sangat jauh dari debat yang bersifat paradigmatik.

Bahkan bisa saja masyarakat nanti akan banyak yang golput karena menurut mereka kedua paslon ini wawasan kebangsaannya tidak bisa diukur secara filosofis dan paradigmatik. Untuk menyudahi dilematik pada masyarakat tentunya capres cawapres harus mampu menunjukan kualitasnya sebagai seorang pemimpin negara. Narasi-narasi yang dimunculkan harus bersifat kental dengan hal-hal fundamental yang menjadi permasalahan utama bangsa ini. Argumentasi harus mampu diarahkan kepada sebuah perdebatan yang bersifat paradigmatik, filosofis dan tentu tidak cendrung terlihat seperti mengafal jawaban.

Perdebatan harus bisa memberikan sebuah pencerahan bagi masyarakat dalam menilai kriteria capres dan cawapres yang akan dipilihnya. Sehingga masyarakat mampu keluar dari sebuah dilematik yang sedang dihadapinya melalui penilaian debat capres cawapres yang sudah disaksikannya.

PR Buat KPU

Sebagai pemegang kendali utama tentunya KPU menjadi sasaran terkait tekhnis-tekhnis jalannya perdebatan bila adanya keritikian dari berbagai pihak. Tujuan dilakukannya debat capres cawapres adalah untuk menguji sejauh mana wawasan kebangsaan yang dimiliki capres dan cawapres. Bukan hanya sekedar menyampaikan visi misi dan menunjukan data-data kuantitatif tetapi harus mampu menunjukan kualitas keintelektualannya sebagai pemimpin negara. Jika berani menjadi calon presiden tentunya dia sudah memiliki kapasitas yang mumpuni terkait dengan kebangsaan.

Untuk itu saya rasa KPU masih punya banyak PR terkait pengujian kualitas capres dan cawapres. Saya harap KPU tidak tanggung-tanggung menguji calon presiden dan wakil presiden ini dengan batu uji yang benar-benar tajam. Sehingga presiden yang terpilih nantinya benar-benar sudah melalui ujian yang mendalam tentang wawasan kebangsaan. Oleh sebab itu, seharusnya KPU stidak perlu lagi memberikan kisi-kisi debat karena yang diuji disini bukan anak SMA yang akan mengahadapi ujian akhir sekolah. Tetapi orang yang di uji disini adalah calon presiden yang akan memimpin negara.

Tentunya seorang calon presiden yang kemudian berani maju sebagai calon pastinya sudah dibekali ilmu pengetahuan yang luas tentang kebangsaan. Jadi KPU seharusnya tidak main-main dalam menguji kapabilitas calon presiden dan wakil presiden. Harus benar-benar diuji kedalaman wawasan kebangsaan calon presiden dan wakil presiden salah satunya dengan debat ini tentunya tetapi dengan pertanyaan-pertanyaan dan pengujian-pengujian yang benar-benar tajam. Jika benar-benar ingin menguji calon presiden dan wakil presiden secara benar-benar matang saya rasa debat yang di isi dengan beberapa pertanyaan yang sudah diberikan kisi-kisinya itu tidak cukup.

Jangan lagi ada kisi-kisi soal debat dan skala debat harus lebih luas lagi. Kalau perlu langsung di uji di kampus-kampus yang merupakan kandang ilmu pengetahuan dan langsung berhadapan dengan mahasiswa-mahasiswa yang akan mengkritis habis-habisan calon presiden dan wakil presiden ini. Saya rasa kita sepakat bahwa KPU harus memberikan suatu batu uji yang lebih besar terhadap calon presiden dan wakil presiden agar presiden yang terpilih nantinya benar-benar memiliki wawasan kebangsaan yang luas dan mampu mengeluarkan masyarakat dari dilematik yang saat ini sedang dihadapinya.


Penulis : Indrawan Nur Fuadi

Persaksian Semesta